Senin, 13 Juli 2009

Penyakit Diare

  1. Pengertian

Diare ada dua : ada diare sehari-hari, yang lazim kita dengar atau alami, misal kalau salah makan. Tidak biasa makan sambal, iseng makan sambal, bisa meyebabkan munculnya diare. Biasanya sembuh sendiri, dengan atau tanpa obat. Diare yang satunya lagi jelas tidak sama, yaitu bila serangannya lebih kerap dari lima kali sehari. Tak Cuma itu, sebab umumnya disertai pula dengan keluhan dan gejala yang lebih satu macam dan merepotkan misalnya, pusing, nyeri kepala, mungkin muntah, mulasnya hebat dan bisa juga ditambah demam. (Health.Com,2007)

Diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.( halalguide.info.Com,2007)

Diare kadang-kadang disertai dengan muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan serta darah dan lender terdapat dalam kotoran. Diare disebut juga Muntahber ( Muntah berak), Muntah mencret atau Muntah bocor.. Diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita diare banyak kehilangan cairan tubuh maka hal ini dpat menyebabkan kematian, terutama pada bayi dan anak-anak dibawah umur 5 tahun.

Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman penyebab diare. Tinja tersebut dikeluarkan oleh orang sakit atau pembawah kuman yang berak disembarang tempat. Tinja tersebut mencemari lingkungan misalnya: tanah, sungai, dan air sumur. Maka orang sehat yang menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah tercemar akan menderita diare.

Menurut Ellis dan Mitchell (1973) membagi diare pada bayi dan anak secarah luas berdasarkan lamanya diare yakni :

  1. Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan berhenti cepat atau maksimal berlangsung sampai dua minggu.

  2. Diare kronik adalah diare yang berlangsung dua minggu atau lebih umumnya bersifat menahun. Diantara diare akut dan kronik disebut diare subakut. (Diare Akut Klinik dan Laboratorik, 1985)

  1. Penyebab Diare

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu:

  1. Faktir infeksi

    • Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, yang meliputi: Infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya).Infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain). Infeksi parasit (Cacing, Protozoa, dan Jamur).

    • Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumania, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

  2. Faktor malabsorbsi

    • Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa). Monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.

    • Malabsorbsi lemak.

    • Malabsorbsi protein.

  1. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

  2. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas.

(Ilmu kesehatan anak, 1985)

  1. Gejala-Gejala Diare

Gejala klinis diare pada bayi dan anak , ditandai oleh: mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.

Tinja cair dan mungkin disertai lender dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare.


Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak kering.

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi:

  1. Diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan)

    • Berak cair 1-2 kali sehari

    • Tidak haus dan tidak muntah

    • Masih bisa makan dan bermain

  2. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

    • Berak cair 4-9 kali sehari

    • Kadang muntah 1-2 kali sehari.

    • Kadang panas

    • Haus

    • Tidak mau makan

    • Badan lesu lemas.

  3. Diare dengan dehidrasi berat

    • Berak cair terus-menerus

    • Muntah terus-menerus

    • Haus sekali

    • Mata cekung

    • Bibir kering dan biru

    • Tangan dan kaki dingin

    • Sangat lemah

    • Tidak mau makan

    • Tidak mau bermain

    • Tidak kencing 6 jam atau lebih

    • Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi



Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi:

  1. Dehidrasi hipotonik (dehidrsi hiponatremia) yaitu bila kadar natrium dalam plasma kurang dari 130 mEq/l.

  2. Dehidrasi isotonic (dehidrasi isonatremia) yaitu bila kadar natrium dalam plasma 130-150 mEq/l.

  3. Dehidrasi hipertonik (dehidrasi hipernatremia) yaitu bila kadar natrium dalam plasma lebih dari 150 mEq/l.

(Ilmu Kesehatan Anak, 1985)

  1. Diagnosis Diare

Penyebab diare dapat diperjelas dengan pemeriksaan laboratorium, diantaranya:

  1. Pemeriksaan tinja

    • Makroskopis dan mikroskopis

    • PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula

    • Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi

  2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)

  3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

  4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)

  5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis-jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

  1. Pencegahan

Sediakan sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang representatif. Pembuatan jamban harus disesuaikan dengan persyaratan sanitasi. Misalnya, jarak antara jamban kita (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air paling sedikit berjarak 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan begitu, kita bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, entah untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

Menurut Dinas Kesehatan DKI (2004) ada tiga cara untuk mencegah diare yaitu :

  1. Minumlah air dan makanan yang sudah dimasak

  2. Susuilah anak selama mungkin, disamping makanan lainnya sesuai umur.

  3. Bayi yang minum susu botol lebih mudah diserang diare dari pada bayi yang disusui ibunya, tetaplah anak disusui walaupun anak menderita diare.

Penyakit diare juga dapat dicegah dengan cara mencuci tangan, tidak dengan air saja tetapi menggunakan sabun karena mencuci tangan dengan sabun akan mengurangi insiden diare. (Articel diare.Com,2004)

  1. Pengobatan

Upaya pertolongan bagi penderita diare meliputi tiga dasar pengobatan, diantaranya:

      1. Pemberian cairan

Cairan yang diberikan bagi penderita diare, yaitu cairan rehidrasi oral dan dan cairan parenteral. Cairan rehidrasi oral terdiri dari formula lengkap yaitu formula yang mengandung NaCl, NaHCO3, KCL, dan glukosa. Serta formula sederhana yaitu formula yang hanya mengandung NaCl, dan sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan gula garam, larutan air tajin garam, larutan tepung beras garam, dan sebagainya,cairan ini diberikan untuk pengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut, baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan.

Sedangkan cairan parenteral terdiri dari: DG aa (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian glukosa 5%), RL g (1 bagian Ringer laktat + 1 bagian glukosa 5 %), RL (Ringer Laktat), 3 @ (1 bagian NaCl 0,9% + 1 bagian glukaosa 5% + 1 bagian Na laktat 1/6 mol/l), DG 1:2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagian glukosa 5%), RLg 1:3 (1 bagian Ringer laktat + 3 bagian glukosa 5-10%), Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 1 ½ % atau 4 bagian glokosa 5-10% + 1 bagian NaCl 0,9%).

Cairan tersebut di atas diberikan melalui 3 jalan yaitu : Peroral (untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau minum serta kesadaran baik). Intragastrik (untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak tidak mau minum atau kesadaran menurun). Intavena (untuk dehidrasi berat).

b. Dietetik (pemberian makanan)

Dengan memberikan susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, Almiron), makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum susu, dan atau makanan dengan gizi tinggi yang cukup agar stamina tubuh berangsur kuat.

c. Obat-obatan

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain. Yang tergolong obat diare, antara lain: Obat anti sekresi (asetosal dan klorpromazin). Obat anti spasmolitik (papaverine, ekstrak beladona, opium, loperamid dan sebagainya). Obat pengeras tinja (koalin, pektin, charcoal, tabonal, dan sebagainya). Dan antibiotika.

(Ilmu kesehatan anak,1985).

0 komentar:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Architecture. Powered by Blogger